Gambaran Pendidikan di Indonesia Timur dari Kacamata Penggerak Akar Rumput

Bagaimanakah sebenarnya gambaran pendidikan di Indonesia Timur? Apakah semenyedihkan gambaran yang sering kita lihat? atau justru banyak aktor-aktor hebat yang bergerak? Bagaimana cara agar proyek yang dibuat dapat melibatkan masayarakat di timur Indonesia?

Nurul Bahirah

10/12/20223 min read

“Sumber air su dekat.” Iklan 12 detik Aqua itu sering kali menjadi sumber gambaran tentang kondisi Indonesia Timur bagi banyak dari kita yang berada di Indonesia Barat. Namun seperti yang Kak Inja ungkapkan di Konferensi Pendidikan di Timur Indonesia bahwa Indonesia Timur lebih dari itu. Lebih dari sekedar masalah dan tantangan sarana dan prasarana. Indonesia Timur juga diisi oleh orang-orang yang bersemangat untuk berubah dan maju. Seringkali cerita ini yang jarang diceritakan dan diketahui.

Memang betul bahwa masalah-masalah sarana dan fasilitas itu nyata terjadi di Indonesia Timur. Kak Inja dan Kak Yanto bercerita bahwa memang mereka bersekolah di bawah pohon karena keterbatasan jumlah kelas dan sekolah yang kurang memadai. Namun, cerita itu belum lengkap tanpa menceritakan guru-guru yang semangat mengajar walaupun dalam kondisi ajar yang terbatas. Guru-guru di Indonesia Timur --diceritakan oleh penggerak lokal –- banyak yang tidak patah semangat dan mengajar menggunakan alat peraga alam yang ada disekitar mereka, seperti lidi, batu dan ranting-ranting. Belum lagi cerita tentang anak-anak yang cerdas dan semangat belajar. Kak Ratna bercerita salah satu anak murid di Papua yang dahulu hanya makan indomie dengan air sebanyak-banyaknya dengan semangatnya belajar dan dukungan dari penggerak dan inisiatif lokal – Papua Hei—sekarang menjadi lulusan UNBRAW, dalam proses untuk kerja di Freeport, dia bahkan pernah ditawarkan beasiswa dari luar negeri. Di NTT, anak-anak yang bekerja di Kawasan tambang pun tetap ingin belajar dan mengenyam Pendidikan, dalam waktu istirahat siangnya mereka belajar di Kawasan tambang sebelum bekerja lagi. Cerita-cerita hebat ini yang sering kali tidak diungkapkan tentang gambaran Pendidikan di Indonesia timur : walaupun dengan banyak keterbatasan, banyak orang yang tetap bersemangat untuk kemajuan Pendidikan di Indonesia Timur.

Tidaklah salah kalau ada anggapan bahwa tidak mudah untuk mendapatkan dana dukungan untuk menjalankan program di Indonesia Timur. Namun juga penting untuk tau bahwa banyak masyarakat lokal dan pemerintah yang semangat membantu program walaupun dalam bentuk non-material. Kak Yanto – dari penggerak Maluku Barat Daya—menceritakan bahwa banyak dari masyarakat lokal memberikan bantuan seperti meminjamkan mobil, speaker, ruangan untuk mereka dapat mengajar hingga kepedalaman Maluku. Banyak juga masyarakat yang menjadi relawan untuk mengajar tanpa di bayar. Hal ini menjadikan gerakan ini tetap bertahan walaupun tanpa banyak bantuan dana dari luar. Anggapan bahwa pemerintah lokal tidak suportif, juga tidak selalu benar. Dalam cerita Pak Hifny, beliau menceritakan bahwa hubungan yang baik dengan pemerintah lokal membuat pemerintah membantu beliau dengan menghibahkan komputer-komputer yang tak terpakai. Komputer-komputer tersebut lalu dimanfaatkan Pak Hilmy untuk mengajar TIK kepada masyarakat lokal. Beliau mengungkapkan pentingnya mengajak pemerintah lokal dalam inisiatif serta memahami jadwal perencanaan keuangan pemerintah lokal. Salah satu perwakilan pemerintah lokal bercerita dalam Konferensi Pendidikan di Timur Indonesia bahwa pemerintah merencanakan anggaran satu tahun sebelumnya. Sehingga apabila, sebuah gerakan ingin mendapatkan bantuan harus dari setahun sebelumnya. Selain itu penting untuk melibatkan pemerintah dalam kegiatan seperti sebagai pembicara. Gerakan juga harus menunjukan dampak yang diberikan sebelum meminta dukungan dana dari pemerintah. Hal ini menunjukan kompleksitas dari birokrasi pemerintah bukan hanya serta-merta bahwa pemerintah lokal tidak mendukung gerakan-gerakan akar rumput. Pemahaman dan cerita-cerita dukungan masyarakat dan pemerintah ini yang sering kali terkubur dari narasi masalah dan tantangan di Pendidikan timur. Hal ini bisa menjadikan stereotype negatif bagi kawan-kawan dari Indonesia Timur. Serta mungkin berdampak kepada kebijakan yang ‘salah paham’ tentang potensi dan permasalahan di Timur Indonesia. Tulisan ini bertujuan untuk menceritakan gambaran Pendidikan di Timur Indonesia dengan mempertimbangkan beberapa sudut pandang. Melihat bukan hanya dari potret masalah tapi juga potensi pembangunan di Timur Indonesia yang disokong oleh masayarakatnya yang peduli terhadap Pendidikan.

Berikut adalah tip dari penggerak lokal di Timur Indonesia, mengenai salah satu cara untuk melibatkan masyarakat lokal ke dalam suatu kegiatan yang dibuat:

Kaitkan gerakan yang dibuat dengan budaya, nilai-nilai, dan keunggulan daerah. Salah seorang peserta Konferensi Pendidikan di Timur Indonesia, Kak Inja, memberikan saran bahwa di NTT budaya, alam, dan parawisata sebagai nilai yang dianggap penting oleh masyarakat. Oleh karena itu, Kak Inja mengaitkan pembelajaran Bahasa Inggris dengan pariwisata agar bisa memperkenalkan alam indah NTT ke seluruh dunia dengan Bahasa Inggris. Hal yang serupa juga diungkapkan oleh Kak Ratna bahwa di Papua, nilai-nilai agama merupakan hal yang penting oleh masyarakat. Oleh karena itu kegiatan-kegiatan agama yang dihadiri masyarakat adalah salah satu sarana penting untuk berkenalan dan membangun jejaring, serta bisa jadi pendukung gerakan yang diinsiasi. Sumber dari cerita ini berasal dari cerita-cerita penggerak pendidikan di Indonesia Timur yang mengikuti Konferensi Pendidikan Indonesia Timur yang diadakan oleh Indonesia Mengajar.