Ide proyek untuk pembelajaran berbasis proyek dalam Kurikulum Merdeka

contoh ide proyek untuk pembelajaran berbasis proyek dalam kurikulum merdeka. Didalamnya terdapat gambaran proses dan RPP.

Nurul Bahirah

1/27/20234 min read

Ide proyek ini terinspirasi dari pengalaman langsung penulis yang pernah mengajar di sekolah pedalaman. Kalau sekolah Bapak dan Ibu memiliki masalah yang serupa, sangat bisa dicoba menerapkan.

Contoh ide pembelajaran berbasis proyek bidang Matematika untuk Kurikulum Merdeka

Halo! Semoga tulisan ini bisa menjadi inspirasi untuk Bapak dan Ibu guru yang mau mulai mencoba menerapkan project based learning. Yuk, kita mulai!

1. Jembatan untuk desaku

pembelajaran berbasis proyek matematika contoh dan RPP
pembelajaran berbasis proyek matematika contoh dan RPP

Capaian Belajar : pengukuran panjang dan skala.

Masalah nyata : Jembatan di desa yang sangat rapuh.

Produk akhir : Miniatur jembatan yang baik dan desain gambar.

Lama proyek : (bisa berbeda-beda) 10 Minggu

Dana : untuk membawa murid ke perpustakaan daerah & material

Perizinan : Persetujuan dari kepala sekolah dan orang tua

Banyak persiapan dan perizinan yang harus disiapkan sebelum kegiatan. Diawal tentu saja, harus mendapatkan dukungan dari kepala sekolah agar mendapatkan dukungan untuk dana dan perizinan. Perizinan kepada orang tua juga sangat penting untuk memberikan informasi kegiatan kepada mereka . Hal ini karena pendekatan project-based learning masih cukup baru, jadi penjelasan tentang kenapa anak-anak akan diajak kepinggir jembatan, kunjungan ke perpustakaan, serta undangan untuk pameran produk, sebaiknya dijelaskan diawal sebelum kegiatan dimulai. Selanjutnya, persiapan untuk Hook Session juga dimulai ditahapan ini. Klik link ini untuk mendapatkan contoh RPP dari ide proyek ini

Sebelum dimulai proyek

Hook session dalam pembelajaran ini dimulai dengan guru menyampaikan video dan foto-foto yang berisi tentang sulitnya melewati jembatan tersebut. Lalu, guru memaparkan yang menjadi pertanyaan pemicu (driving question) proyek, “Bagaimana rancangan desain jembatan yang lebih kuat dan aman bagi warga desa?”

Hal lainya yang penting dilakukan di sesi awal ini adalah pembagian kelompok. Metode pembagian kelompok tentu saja bergantung kepada strategi dari masing-masing guru. Selain itu, yang juga fundamental adalahmenjelaskan rancangan kegiatan yang akan dilakukan selama 10 minggu, dimulai dari kunjungan-kunjungan, narasumber, dan pameran produk yang akan dilakukan diakhir. Hal ini akan membantu memberikan pemahaman kepada murid tentang keseriusan dari metode ini yang berbeda dengan kerja kelompok biasa.

‘Hook’ session

Pendalaman masalah

Bagian ini, sering kali menjadi proses paling penting dari pembelajaran berbasis proyek. Di tahap ini, murid mendalami masalah yang terjadi sebelum merancang dan membuat produk akhir. Dengan mendalami masalah terlebih dahulu, kualitas  produk yang akan dihasilkan juga dapat menjadi lebih baik.

Pada proyek ini, pendalaman masalah dilakukan dengan mengunjungi lokasi jembatan, ke perpustakaan daerah untuk mendapatkan akses ke komputer dan berbagai jenis buku terkait, dan diskusi langsung dengan narasumber professional.

Pendalaman masalah yang pertama dengan mengunjungi lokasi jembatan yang ingin diperbaiki. Anak-anak langsung belajar melakukan pengukuran panjang, tinggi, dan lebar dari jembatan yang dimaksud. Selanjutnya data tersebut akan dicatat dan kemudian pada sesi selanjutnya akan digunakan untuk membuat gambaran jembatan dalam skala yang lebih kecil. Tentu saja, guru pada tahapan ini bisa mengajarkan materi tentang perubahan ukuran (meter ke CM) juga perubahan skala. 

Selanjutnya, dari internet dan narasumber, mereka dapat belajar mengenai hal-hal yang menjadi penyebab jembatan rusak dan hal apa yang penting diperhatikan untuk membangun jembatan yang aman.

anak murid mencari jawaban dari permasalahan PBL
anak murid mencari jawaban dari permasalahan PBL
pembelajaran berbasis proyek langsung bertemu dengan insinyur
pembelajaran berbasis proyek langsung bertemu dengan insinyur
Peningkatan kualitas desain produk awal

Sebaiknya, sebelum mulai membuat produk, murid-murid harus membuat rancangan yang baik. Dalam proses pembuatan rancangan ini, guru juga memiliki kesempatan untuk memberikan masukan terhadap rancangan murid-murid baik saran terhadap perhitungan matematika atau saran kepada desain jembatan. Narasumber juga bisa diundang untuk memberikan saran dan masukan terhadap rancangan jembatan murid-murid.

Membuat Produk Akhir

Setelah mendapatkan masukan dari guru dan narasumber, lalu murid-murid mulai menyusun miniatur jembatan mereka dengan menggunakan bahan yang ada di sekitar dan yang telah disediakan oleh guru. Pada proses ini peran guru sebagai fasilitator sangatlah sentral. Sangat mungkin murid bertengkar, menyerah, ataupun tidak memiliki bahan yang mereka butuhkan. Hal ini sangat wajar muncul dalam pembelajaran berbasis proyek. Disinilah peran guru sebagai problem solver sangat dibutuhkan. Pada akhirnya, inti dari pembelajaran berbasis proyek bukanlah menghasilkan produk yang sempurna tapi belajar dari proses. Hal ini yang harus terus disampaikan kepada murid selama proses belajar.

murid dapat bertengkar dalam kerja kelompok
murid dapat bertengkar dalam kerja kelompok
Pameran produk akhir/ Perayaan Belajar

Pada saat miniatur dan rancangan jembatan murid-murid sudah siap. Disinilah saat-saat yang paling mendebarkan untuk murid karena produk mereka akan diperlihatkan langsung kepada masyarakat umum. Undangan-undangan pada pameran proyek ini adalah guru-guru, komite sekolah, orang tua murid, dan kepala desa. Harapanya dengan mengundang pihak-pihak yang memiliki pengaruh untuk pembangunan jembatan, proyek kecil ini dapat membantu mengangkat isu agar dapat lebih cepat tertangani. Pada presentasi produk akhir, undangan akan datang dan bertanya kepada murid-murid tentang rancangannya dan murid-murid akan berusaha menjelaskan sebaik mungkin bagaimana rancangan mereka akan berdampak baik apabila benar-benar terlaksana.

Dari pembelajaran berbasis proyek dengan tema 'Jembatan untuk desaku' ini, dapat dilihat bahwa PjBL bukan hanya mengajarkan tentang materi pelajaran yang kontekstual, tapi juga memberi kesempatan bagi anak-anak untuk berempati terhadap kondisi sekitar dan berbuat dalam usaha penyelesaian masalah yang ada di lingkunganya. Anak-anakpun berkesempatan bertemu dengan profesi baru, ke lokasi baru, dan mempelajari kemampuan baru. Hal ini akan membuka pandangan anak-anak tentang pekerjaan dan dunia. Namun, lebih lagi akan menumbuhkan rasa percaya diri di dalam diri mereka karena telah berkontribusi bagi masyarakat. Perasaan dan pengalaman inilah yang ingin kita tanamkan hingga dewasa, sehingga semakin banyak anak-anak yang besar dengan keinginan untuk berbuat baik bagi sekitar.

Ingin terus membaca tulisan serupa? Daftarkan emailmu dibawah ini