Gaya Belajar Visual, Auditory, Kinestetik: Ternyata Mitos?

mitos model belajar VAK
mitos model belajar VAK

Halo, teman-teman guru! Kita sering dengar tentang model gaya belajar visual, auditori, dan kinestetik (VAK). Tapi, benarkah hal ini sesuai dengan riset ilmiah? Yuk, mari kita lihat lebih dalam!

Apa Itu Gaya Belajar VAK?

Teori ini mengatakan bahwa setiap individu memiliki preferensi gaya belajar tertentu, seperti melalui gambar (visual), pendengaran (auditif), atau gerakan fisik (kinestetik). Siswa akan mendapatkan manfaat maksimal, apabila belajar dengan metode yang sesuai dengan gaya belajar mereka. Sebagai contoh, untuk anak-anak dengan gaya belajar utama visual maka sebaiknya pembelajaran menggunakan gambar, diagram, dan data. Sedangkan, untuk anak dengan gaya audio melalui mendengarkan rekaman atau diskusi.

Namun, ternyata reviu dari banyak riset ilmiah menunjukan bahwa model atau teori ini tidak didukung dengan bukti data ilmiah (Rohrer, D., & Pashler, H., 2012). Riset-riset yang mendukung model ini, tidak cukup kuat secara metodelogi untuk membuktikan bahwa memang model ini bisa bermanfaat bagi siswa. Selain itu, kritik lainnya yang paling vokal terhadap model ini adalah pendapat bahwa manusia belajar melalui multisensori bukan hanya satu (Henry, J., 2007). Sebagaimana manusia belajar berbicara melalui melihat, mendengar, dan mempraktikan, begitu juga dengan pembelajaran di kelas, multisensori akan membantu pembelajaran dipahami lebih baik.

Kritik terhadap Model Belajar VAK

Selain terbatasnya data riset yang dapat membuktikan manfaat dari model ini. Ternyata apabila tidak digunakan dengan tepat, metode ini bisa menimbulkan polemik bagi siswa:

  • Dapat membatasi kemampuan belajar siswa

Memberi label pada gaya belajar seseorang (visual, auditori, atau kinestetik) dapat mempersempit persepsi mereka terhadap kemampuan belajar. Hal ini dapat menghambat perkembangan keterampilan belajar yang lebih kompleks.

  • Dapat menghambat siswa merasakan pengalaman belajar yang beragam

Terlalu fokus pada satu gaya belajar, dapat membuat siswa kurang merasakan beragam gaya belajar lainya. Sebagai contoh, cerita guru di Jawa Timur yang menerapkan pembelajaran terdifferensiasi dengan metode VAK, menceritakan bahwa muridnya yang auditory dan visual juga ingin merasakan langsung kegiatan kinestetik : belajar melalui gerakan. Tidak dapat dipungkiri, bahwa praktik langsung eksperimen membuat hujan lebih menarik dibanding hanya melihat gambar atau mendengarkan proses terjadinya hujan.

Bayangkan kalau metode ini terus dilakukan, akan ada banyak anak-anak yang kehilangan kesempatan merasakan pembelajaran yang menyenangkan.

Bagaimana menggunakan model VAK dengan tepat di kelas?

Meskipun model ini dapat merugikan kalau digunakan secara terpisah. Jika digunakan secara bersamaan ketiga model belajar – visual, auditory, kinestetik– ini bisa menciptakan suasana pembelajaran yang menarik!

  • Materi Pelajaran dengan ketiga gaya (visual, auditory, kinestetik)

Sediakan berbagai jenis materi pembelajaran, termasuk teks, gambar, video, dan aktivitas fisik. Sebagai contoh, dalam pelajaran matematika, Anda dapat menggunakan gambar untuk mengilustrasikan konsep geometri, dan juga memberikan aktivitas praktik dengan menggunakan alat peraga.

  • Evaluasi dan asesmen yang variatif

pembelajaran terdifferensiasi
pembelajaran terdifferensiasi

Beri kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan pemahaman mereka melalui berbagai cara. Selain ujian tertulis, pertimbangkan juga proyek visual, presentasi lisan, atau demonstrasi fisik.

Menggunakan model VAK di kelas? Boleh, asal hati-hati

Berhati-hatilah jika ingin menerapkan model ini di kelas. Hingga saat ini belum ada bukti bahwa memisahkan gaya mengajar akan bermanfaat. Banyak dari klaim model ini tidak didasari metode penelitian yang kuat. Namun, di sisi lainya, apabila model ini digunakan bersamaan dan dengan cara yang tepat, mungkin bisa membuat pengalaman belajar yang lebih beragam! Semoga artikel ini membantu Anda untuk memilih metode yang tepat bagi siswa Anda di kelas!