3 Perbedaan Projek dan Pembelajaran Berbasis Projek

projek dan pembelajaran berbasis projek
projek dan pembelajaran berbasis projek

Apa itu pembelajaran berbasis projek? Apa bedanya dengan projek yang biasa dilakukan di kelas? Apakah projek profil itu menggunakan metode pembelajaran berbasis projek?

Kegiatan berprojek dan pembelajaran berbasis projek adalah dua pendekatan yang sering digunakan dalam dunia pendidikan untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan siswa. Kedua metode ini tampak serupa, tetapi sebenarnya memiliki perbedaan mendasar. Dalam artikel ini, kita akan membahas tiga perbedaan utama antara kegiatan berprojek dan pembelajaran berbasis projek, serta contoh nyata adaptasi pembelajaran berbasis projek di kelas.

Perbedaan pertama adalah pada fokus pembelajaran. Dalam projek biasa, fokus utama adalah pada produk akhir dari projek. Seperti menghasilkan produk makanan untuk pelajaran kewirausahaan ataupun membuat model solar sistem untuk pelajaran IPA. Biasanya kegiatan projek ini dimulai setelah guru selesai menyampaikan materi pelajaran. Lalu, para siswa diberikan tugas membuat projek yang sesuai dengan materi tersebut — dalam jangka waktu tertentu, dan hasil akhir projeknya menjadi penilaian utama.

Di sisi lain, pembelajaran berbasis proyek atau project-based learning menempatkan fokus pada penguasaan konsep dan keterampilan yang relevan dengan projek tersebut. Pada awalnya, guru akan memberikan pertanyaan pemantik utama yang akan memancing rasa ingin tau siswa terkait topik yang diberikan. Dengan rasa ingin tau inilah, siswa akan mendalami konsep yang diajarkan. Lalu, melalui praktik langsung dalam membuat produk akhir, menerapkan konsep yang dipelajari. Dalam pendekatan ini, guru akan berfokus pada proses yang dilalui siswa untuk memahami konsep, membuat solusi, dan proses di dalam tim.

Fokus Pembelajaran #1

Contoh: Pembelajaran berbasis projek matematika.

Guru memulai dengan memberikan pertanyaan pemantik “Bagaimana kita bisa mendesain rumah yang efisien untuk banyak orang dengan lahan terbatas?” Guru membawa murid ke sebuah lahan yang akan dibangun perumahan dan meminta siswa untuk mengetahui ukuran lahan & kebutuhan rumah yang akan dibangun. Lalu, guru meminta siswa untuk merancang model perumahan yang efisien untuk lahan tersebut. Guru juga menyebutkan spesifikasi ukuran rumah yang dibutuhkan. Dalam proses pembuatan model ini, murid akan mendalami – bisa secara pribadi atau dengan bimbingan guru — tentang konsep skala, menghitung luas bangunan , proses pengukuran. Di akhir guru mengundang pihak pembangun untuk memberikan masukan kepada model akhir rumah bikinan siswa.

Lihat tiktok akun guru ini untuk melihat projeknya lebih jauh.

Manfaat: Penelitian oleh Thomas, J. W. (2000) menunjukkan bahwa pembelajaran berbasis proyek dapat meningkatkan pemahaman siswa karena mereka dapat melihat relevansi langsung antara konsep akademis dan aplikasinya dalam kehidupan nyata.

Pemilihan Projek #2

Perbedaan berikutnya terletak pada pemilihan jenis projek. Dalam kegiatan berprojek, projek seringkali ditetapkan oleh guru atau satuan pendidikan. Sebagai contoh, guru melihat potensi pisang di daerahnya. Lalu, untuk pelajaran kewirausahaan meminta murid untuk membuat keripik pisang. Para siswa memiliki sedikit atau tanpa pilihan untuk memilih projek yang sesuai dengan minat dan kemampuan mereka.

Namun, dalam pembelajaran berbasis projek, para siswa lebih banyak berpartisipasi dalam pemilihan projek. Mereka dapat mengusulkan ide projek yang sesuai dengan minat pribadi mereka atau masalah yang ingin mereka pecahkan. Misalnya dalam satu projek yang berfokus untuk membudayakan 3R disekolah, siswa bisa saja membuat projek yang berbeda. Ada yang tertarik pada seni, memutuskan untuk membuat karya seni untuk pencegahan. Namun, yang percaya diri dalam bidang organisasi, bisa saja memutuskan untuk melakukan kampanye sosial.

Manfaat: Penelitian oleh Julia, A. dan Kalina, C. J. (2015) menunjukkan bahwa siswa yang terlibat dalam pembelajaran berbasis proyek yang memilih proyek mereka sendiri memiliki tingkat motivasi yang lebih tinggi dan keterlibatan yang lebih besar dalam pembelajaran.

Perbedaan terakhir terletak pada peran guru dalam proses pembelajaran. Dalam kegiatan berprojek, guru lebih berperan sebagai pengawas dan penilai projek siswa. Mereka memberikan petunjuk dan bimbingan ketika diperlukan, tetapi sebagian besar tanggung jawab dalam menyelesaikan projek ada pada siswa.

Di sisi lain, dalam pembelajaran berbasis proyek, guru berperan sebagai fasilitator pembelajaran. Mereka membimbing siswa dalam proses penyelidikan, membantu mengembangkan rencana projek, dan memberikan dukungan selama eksekusi projek. Guru juga membantu siswa dalam merefleksikan pengalaman mereka dan mengaitkannya dengan konsep yang dipelajari.

Manfaat: Penelitian oleh Boss, S. dan Krauss, J. (2007) menunjukkan bahwa peran guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran berbasis proyek dapat meningkatkan keterlibatan siswa, mengembangkan keterampilan pemecahan masalah, dan mendorong kreativitas.

Peran Guru #3

Idealnya, projek profil menggunakan metode pembelajaran berbasis proyek bukan kegiatan projek biasa. Dengan begitu, sebaiknya dalam projek profil, fokus ada di dalam proses projek --- bukan produk akhir. Tim fasilitator sebaiknya berfokus pada perkembangan karakter dan kompetensi anak sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Selanjutnya, idealnya dalam projek profil, peserta didik diberikan ruang untuk menentukan projek yang ingin dibuat sesuai dengan minat & bakat. Selanjutnya, dalam projek profil, sebaiknya guru berperan sebagai fasilitator yang menjadi teman diskusi, memberikan pertanyaan yang tepat selama proses. Dengan begitu, projek profil yang diterapkan dapat lebih membantu meningkatkan karakter dan kompetensi yang diharapkan.

Apakah Projek Profil itu Projek atau PBL?